Mardiah & Ari: Kegigihan ibu dan anak

“Anak saya ada empat dan saya bertekad mereka semua harus kuliah. Tapi saya nggak punya uang.”

Setiap pagi Mardiah, seorang ibu berusia 53 tahun, harus mengendarai motor dan menyusuri gang demi gang untuk menjajakan kue dan makanan buatannya. Pekerjaan yang cukup melelahkan, namun sebagai pencari nafkah keluarga, ia menjalaninya dengan sepenuh hati.

Sadar bahwa ibunya berjuang begitu keras untuk memenuhi kebutuhan keluarga, Dwi Ari, anak kedua Mardiah, berinisiatif membantu. Ia membawa sebagian dagangan ibunya dan menjualnya kepada teman-teman di sekolah. Ari masih SMP waktu pertama kali berjualan, masa di mana seharusnya dia hanya fokus belajar. Sebagian hasil penjualan ia gunakan sebagai uang saku sementara sisanya ia berikan ke Mardiah.

“Awalnya Ibu sungkan menerima uang dari saya. Tapi Ibu akhirnya melihat niat saya tulus. Lagipula Ibu butuh uang karena kebutuhan keluarga juga semakin banyak,” kata Ari.

Bahkan dengan bantuan anaknya, penghasilan mereka masih terbilang pas-pasan untuk mencukupi kebutuhan hidup, apalagi untuk biaya sekolah. Namun sebagai ibu yang gigih, Mardiah selalu berkata pada anak-anaknya – dan dirinya sendiri – untuk tidak pernah menyerah, betapa pun sulitnya keadaan.

Beruntung, sekitar sembilan tahun lalu, seorang teman mengenalkan Mardiah pada program ultra microfinance YCAB Ventures. Mardiah kemudian mengajukan permohonan pinjaman yang kemudian ia gunakan untuk mengembangkan usaha kecilnya. Berkat pinjaman tersebut, Mardiah tak perlu lagi berjualan keliling. Sekarang ia telah bekerja sama dengan tiga mitra pedagang dan memperoleh keuntungan tiga kali lipat dari sebelumnya.

“Ari yang mengusulkan saya cukup memasak di rumah saja, tidak perlu jualan keliling. Saya pikir ya bagus juga, saya kan sudah tua,” kata Mardiah.

Interaksi Mardiah dengan YCAB kemudian berlanjut saat Ari ikut program Paket C – pendidikan nonformal setara sekolah menengah atas – selama tiga tahun. Usai jam belajar, Ari juga mengambil kursus Bahasa Inggris dan komputer, dua hal yang ia yakini sangat diperlukan untuk bekerja.

“Pelajaran favorit saya Sosiologi. Tapi pengalaman yang paling berkesan buat saya justru waktu sering tampil bareng kelompok vokal siswa di acara YCAB. Di sana saya bertemu dengan orang-orang baik dan inspiratif,” kata Ari. “Kami jadi memiliki harapan dan ditanamkan untuk berprinsip beyond the limit.Saat ini Ari bekerja di PT Aplikasi Karya Anak Bangsa atau lebih dikenal dengan Gojek. Ia mengawali kariernya sebagai customer service dan sekarang telah dipercaya untuk menjadi penanggung jawab divisi. “Sekarang gaji sudah di atas UMP (Upah Minimum Provinsi). Saya jadi bisa makin membantu orang tua dan sebagian saya gunakan untuk menabung,” katanya.